Investor Tunggu Kepastian Data Tenaga Kerja AS  

127811_620

tripjalanjalan.com, Jakarta – Turunnya angka klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) rupanya belum mampu mendorong mata uang dolar bergerak menguat. Sikap investor global yang memilih menunggu kepastian data tenaga kerja (non-farm payrolls) akhirnya kembali menekan dolar. Untuk sementara waktu, dolar tampaknya masih harus mengakui kekuatan mata uang regional. (Baca juga: Kurs Regional Naik, Merespons Data Negatif AS)

Bacaan Lainnya

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, menyatakan investor global memang sangat menantikan data non farm payrolls yang dirilis bersamaan dengan tingkat pengangguran (unemployment rate) nanti malam. Data tersebut, menurut Rangga, akan menentukan langkah kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off) selanjutnya. “Non-farm payrolls dan unemployment rate AS menjadi data yang paling ditunggu,” kata Dia. (Lihat juga: Amerika Pangkas Stimulus, Rupiah Jeblok?)

Departemen Tenaga Kerja AS memang kembali melaporkan penurunan jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran sebanyak 20 ribu orang per 1 Februari kemarin. Namun sayangnya, negatifnya laporan prediksi sebelumnya kembali mengaburkan optimisme kinerja perekonomian AS. Investor yang kebingungan akhirnya menunda mengakumulasi aset-aset bernilai dolar. (Berita terkait: Rupiah pada Semester Dua Diprediksi Menguat )

Keputusan bank sentral Eropa (ECB) yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 0,25 persen, menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan negara berkembang (emerging markets). Pada pukul 13.30 WIB, rupiah bergerak menguat 29 poin (0,24 persen) ke level Rp 12.165 per dolar AS. Won masih menjadi mata uang yang mengalami kenaikan tertinggi sebesar 0,42 persen ke level 1.074, 45 per dolar AS.

Pos terkait